Cobaan-cobaan hidup yang berat yang banyak menimpa kaum Mu`minin sebenarnya mengandung sejumlah hikmah yang telah diterangkan Allah melalui Kitab dan Rasul-Nya, namun banyak dari kita yang tidak mengetahuinya. Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
1. Untuk membedakan mana yang merupakan seorang Mu`min sejati dan mana yang merupakan orang munafiq, serta mana orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit.
Sebab setiap antara yang baik dan yang buruk, antara yang sehat dan yang berpenyakit, antara yang asli dan yang palsu; hanya dapat dibedakan setelah melalui cobaan berat, sebagaimana emas murni tidak dapat dibedakan dari yang palsu kecuali harus diuji dengan api.
Allah SWT berfirman: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafiq) dari yang baik (mu`min)…” (QS. Ali Imran: ayat 179).
2. Sebagai pembinaan (tarbiyah) bagi orang-orang mu`min, juga sebagai penyuci penyakit yang ada pada hati mereka.
Dengan adanya ujian, orang-orang Mu`min akan mencapai kematangannya, sebagaimana masakan dimatangkan dengan api.
Allah SWT berfirman: “Jika kamu pada (perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (di Badar) mendapat luka yang serupa. Dan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dari kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (sebagai) syahid. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim; dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imran: ayat 140-141).
3. Menambah bekal dan kedudukan mereka di sisi Allah SWT.
Adanya banyak cobaan bagi orang mu`min tersebut, dapat mengangkat derajat dan menambah kebaikan-kebaikan mereka, atau minimal menghapuskan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa mereka, bila mereka menghadapinya dengan kesabaran dan keikhlasan.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang Muslim ditimpa oleh keresahan dan kesusahan; tidak pula oleh keletihan dan kesakitan; tidak pula oleh kesedihan dan gangguan sekali pun duri yang mengenai, kecuali Allah menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari).
Dikutip dari Ash-Sabru Fil Quran, Dr.Yusuf Qardhawi.